BAB I
PENDAHULUAN
A.
Judul
Percobaan
Adapun
judul percobaan pada kegiatan ini adalah “Elastisitas dan Susunan Pegas”
B.
Latar
Belakang
Ilmu
fisika adalah salah satu cabang dari ilmu alam yang membahas berbagai gejala
alam yang terjadi di alam semesta. Kata
fisika sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni “physic” yang memilki arti alam
atau hal ikhwal mengenai alam semesta. Sedangkan kata fisik sendiri berasal
dari bahasa Inggris yang berarti ilmu yang mempelajari aspek-aspek yang dapat
dipahami dengan dasar-dasar pengertian terhadap prinsip dan hukum-hukum
mengenai elementernya.
Didalam
kehidupan yang semakin canggih, kita tidak pernah terlepas dari kata fisika.
Misalnya pegas, walaupun kadang kita tidak menyadari hal tersebut. Ketika
mengendarai sepeda motor atau berada dalam sebuah mobil, yang bergerak di
jalan atau yang permukaanya tidak rata
atau dengan kata lainnya yaitu berlubang. Pegas membantu mengerem atau meredam
hingga kita bisa berhenti.
Gerak
suatu benda tegar yang merupakan suatu abstraksi matematis guna memudahkan
perhitungan karena semua benda nyata sampai suatu batas tertentu, berubah
dibawah pengaruh gaya yang dikerjakan terhadapnya. Hubungan antara setiap jenis
tegangan dengan regangan yang bersangkutan penting peranannya dalam ilmu fisika
yang disebut dengan teori elastis atau pada ilmu kekuatan bahan di bidang
engineering.
Elastisitas
adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya
luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan atau dibebaskan. Oleh karena
itu, dengan melakukan percobaan ini kita dapat menentukan kaitan konsep gaya
pegas dengan sifat elastisitas bahan, mengamati gerak harmonik pada getaran
pegas, menentukan
konstanta
suatu pegas dan mempelajari hubungan antara gaya pegas dan pertambahan panjang
pegas. Dengan latar belakang tersebut kami sebagai generasiu anak fisika
melakukan percobaan ini dengan judul “Elastisitas dan Susunan Pegas”
C.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
kaitan konsep gaya pegas dengan sifat elastisitas bahan?
2. Bagaimana
gerak harmonik pada getaran pegas?
3. Bagaimana
cara menentukan konstanta pegas?
4. Bagaimanakah
hubungan antara gaya pegas dan pertambahan panjang pegas?
D.
Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan kaitan konsep gaya pegas
dengan sifat elastisitas bahan.
2.
Mengamati gerak harmonik pada getaran
pegas.
3.
Menentukan konstanta pegas.
4.
Mempelajari hubungan antara gaya pegas
dengan pertambahan panjang pegas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
ELASTISITAS
Ketika dirimu menarik karet mainan
sampai batas tertentu, karet tersebut bertambah panjang. silahkan dicoba kalau
tidak percaya. Jika tarikanmu dilepaskan, maka karet akan kembali ke panjang
semula. Demikian juga ketika dirimu merentangkan pegas, pegas tersebut akan
bertambah panjang. tetapi ketika dilepaskan, panjang pegas akan kembali seperti
semula. Apabila di laboratorium sekolah anda terdapat pegas, silahkan melakukan
pembuktian ini. Regangkan pegas tersebut dan ketika dilepaskan maka panjang
pegas akan kembali seperti semula. Mengapa demikian ? hal itu disebabkan karena
benda-benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastis atau elastsisitas adalah
kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang
diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada
sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan
karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.
Perlu anda ketahui bahwa gaya yang
diberikan juga memiliki batas-batas tertentu. Sebuah karet bisa putus jika gaya
tarik yang diberikan sangat besar, melawati batas elastisitasnya. Demikian juga
sebuah pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika diregangkan dengan gaya
yang sangat besar. Jadi benda-benda elastis tersebut memiliki batas
elastisitas.
B.
TEGANGAN
Tegangan adalah besarnya gaya yang
diberikan oleh molekul-molekul persatuan luas. Panjang sebuah benda yang
ditarik adalah rasio antara garis yang diberikan dengan luas penampang benda.
Rasio ini disebut tegangan yaitu gaya persatuan luas penampang.
(1)
Satuan
tegangan adalah N/m2 (Newton per meter kuadrat).
C.
REGANGAN
Regangan
merupakan perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang awal.
Secara matematis dapat ditulis :
(2)
Karena L sama-sama merupakan dimensi
panjang, maka regangan tidak mempunyai satuan (regangan tidak mempunyai dimensi).
Regangan
merupakan ukuran perubahan bentuk benda dan merupakan tanggapan yang diberikan
oleh benda terhadap tegangan yang diberikan. Jika hubungan antara tegangan dan
regangan dirumuskan secara matematis, maka akan diperoleh persamaan berikut :
(3)
(4)
Itu adalah persamaan matematis dari
Modulus Elastis (E) atau modulus Young (Y). Jadi modulus elastis sebanding
dengan Tegangan dan berbanding terbalik Regangan. Di bawah ini
adalah daftar modulus elastis dari berbagai jenis benda padat.
D.
GERAK
HARMONIK SEDERHANA
Gerak Harmonik Sederhana (GHS)
adalah gerak periodik dengan lintasan yang ditempuh selalu sama (tetap). Gerak
Harmonik Sederhana mempunyai persamaan gerak dalam bentuk sinusoidal dan
digunakan untuk menganalisis suatu gerak periodik tertentu. Gerak periodik
adalah gerak berulang atau berosilasi melalui titik setimbang dalam interval
waktu tetap. Gerak Harmonik Sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
·
Gerak
Harmonik Sederhana (GHS) Linier, misalnya penghisap dalam silinder gas, gerak
osilasi air raksa / air dalam pipa U, gerak horizontal / vertikal dari pegas,
dan sebagainya.
·
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular,
misalnya gerak bandul/ bandul fisis, osilasi ayunan torsi, dan sebagainya.
Contoh Gerak Harmonik
·
Gerak
harmonik pada bandul: Sebuah bandul adalah massa (m) yang digantungkan pada
salah satu ujung tali dengan panjang l dan membuat simpangan dengan sudut
kecil. Gaya yang menyebabkan bandul ke posisi kesetimbangan dinamakan gaya
pemulih yaitu dan panjang busur adalah Kesetimbangan gayanya. Bila amplitudo
getaran tidak kecil namun tidak harmonik sederhana sehingga periode mengalami
ketergantungan pada amplitudo dan dinyatakan dalam amplitudo sudut
·
Gerak harmonik pada pegas:
Sistem pegas adalah sebuah pegas dengan konstanta pegas (k) dan diberi massa
pada ujungnya dan diberi simpangan sehingga membentuk gerak harmonik. Gaya yang
berpengaruh pada sistem pegas adalah gaya Hooke.
Gerak harmonik merupakan gerak suatu partikel atau benda,
dengan gerak posisi partikel sebagai fungsi waktu berupa sinusoidal(dapat
dinyatakan dalam bentuk sinus atau cosines). Contoh gerak harmonic diantaranya
gerak pada pegas,gerak pada bandul atau ayunaan sederhana dan gerak melingkar.
Gerak harmonic merupakan gerak periodic, yaitu gerak bolak – balik secara periodic melalui titik keseimbangan.
Gerak harmonic merupakan gerak periodic, yaitu gerak bolak – balik secara periodic melalui titik keseimbangan.
Pegas yang diberi simpangan sejauh y dari posisi
keseimbangannya akan bergerak bolak – balik melalui titik keseimbNgn tersebut
ketika dilepaskan. Gerakan ini disebabkan oleh gaya pemulih yang bekerja pada
pegas. Gaya pemulih ini berusaha untuk mengembalikan posisi benda ke posisi
keseimbangannya.Besar gaya pemulih berbanding lurus dengan
besar simpangan dan arahnya berlaanan dengan arah simpangan. Secara matematis
besar gaya pemulih pada pegas dapat ditulis sebagai berikut:
F = - k y (5)
Dimana :
K = Konstanta
gaya pegas (N/m)
y = simpangan
(m)
F = gaya pemulih (N)
(tanda
minus menyatakan bahwa arah gaya pemulih berlawanan dengan arah
simpangan).Besaran lain yang juga penting dalam gerak harmonic adalah periode
dan frekuensi. Periode dari suatu pegas yang bergetar dinyatakan melalui
hubungan berikut:
T = 2π√(m/k)
(6)
Keterangan:
M = masa benda (kg)
π = 3,14
k = tetapan pegas (N/m)
T = periode (s)
M = masa benda (kg)
π = 3,14
k = tetapan pegas (N/m)
T = periode (s)
E.
HUKUM
HOOKE
1.
Hukum
Hooke pada Pegas
Misalnya kita
tinjau pegas yang dipasang horisontal, di mana pada ujung pegas tersebut
dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda kita abaikan, demikian juga
dengan gaya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan horisontal tanpa
hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan dan arah negatif
ke kiri. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak
diberikan gaya. Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung pegas berada
dalam
posisi
setimbang (lihat gambar 2.1). Untuk
semakin memudahkan pemahaman dirimu,sebaiknya dilakukan juga percobaan.
Gambar
2.1 : Benda yang dikaitkan pada ujung pegas berada dalam posisi seimbang.
Apabila
benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan), pegas akan memberikan
gaya pemulih pada benda tersebut yang arahnya ke kiri sehingga benda kembali ke
posisi setimbangnya (gambar 2.2).
Gambar 2.2 : Gaya pemulih pada pegas ke
kiri
Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x,
pegas juga memberikan gaya pemulih untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan
sehingga benda kembali ke posisi setimbang (gambar 2.3).
Gambar 2.3 : Gaya pemulih pada
pegas ke kanan
Besar
gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang
direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x =
0). Secara matematis ditulis :
(7)
Persamaan ini sering dikenal sebagai persamaan pegas
dan merupakan hukum hooke. Hukum ini dicetuskan oleh paman Robert Hooke
(1635-1703). k adalah konstanta dan x adalah simpangan. Tanda negatif
menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F mempunyai arah berlawanan dengan
simpangan x. Ketika kita menarik pegas ke kanan maka x bernilai positif, tetapi
arah F ke kiri (berlawanan arah dengan simpangan x). Sebaliknya jika pegas
ditekan, x berarah ke kiri (negatif), sedangkan gaya F bekerja ke kanan. Jadi
gaya F selalu bekeja berlawanan arah dengan arah simpangan x. k adalah
konstanta pegas. Konstanta pegas berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas.
Semakin besar konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya
yang diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin
elastis sebuah pegas (semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang
diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita akan
memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan pada benda.
2.
Hukum
Hooke untuk benda non Pegas
Hukum hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda
padat, dari besi sampai tulang tetapi hanya sampai pada batas-batas tertentu.
Mari kita tinjau sebuah batang logam yang digantung vertikal, seperti yang
tampak pada gambar di bawah.
Gambar 2.4 : Batang logam yang digantung
vertikal
Pada benda bekerja gaya berat (berat = gaya
gravitasi yang bekerja pada benda), yang besarnya = mg dan arahnya menuju
ke bawah (tegak lurus permukaan bumi). Akibat adanya gaya berat, batang
logam tersebut bertambah panjang sejauh (delta L).
Jika besar pertambahan panjang (delta L)
lebih kecil dibandingkan dengan panjang batang logam, hasil eksperimen
membuktikan bahwa pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan gaya
berat yang bekerja pada benda. Perbandingan ini dinyatakan dengan persamaan :
Persamaan ini kadang disebut sebagai hukum Hooke.
Kita juga bisa menggantikan gaya berat dengan gaya tarik, seandainya pada ujung
batang logam tersebut tidak digantungkan beban.
Besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki
batas-batas tertentu. Jika gaya sangat besar maka regangan benda sangat besar
sehingga akhirnya benda patah. Hubungan antara gaya dan pertambahan panjang
(atau simpangan pada pegas) dinyatakan melalui grafik di bawah ini.
Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke
hanya berlaku sepanjang daerah elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas
hukum hooke. Jika benda diberikan gaya hingga melewati batas hukum hooke
dan mencapai batas elastisitas, maka panjang benda akan kembali seperti semula
jika gaya yang diberikan tidak melewati batas elastisitas. tapi hukum
Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas hukum hooke dan batas
elastisitas. Jika benda diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas
elastisitas, maka benda tersebut akan memasuki daerah plastis dan
ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali seperti semula; benda
tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang benda
mencapai titik patah, maka benda tersebut akan patah.
Berdasarkan
persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (delta L) suatu benda
bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan
dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh
materi yang berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun
diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan besi. Demikian juga, walaupun
sebuah benda terbuat dari materi yang sama (besi, misalnya), tetapi
memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut akan
mengalami
pertambahan
panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama. Jika kita
membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki panjang
dan luas penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang sama, besar
pertambahan panjang sebanding dengan panjang benda mula-mula dan berbanding
terbalik dengan luas penampang. Makin panjang suatu benda, makin besar besar
pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil
pertambahan panjangnya. Jika hubungan ini kita rumuskan secara matematis, maka
akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
(10)
Persamaan ini menyatakan hubungan antara pertambahan
panjang (delta L) dengan gaya (F) dan konstanta (k). Materi penyusun dan
dimensi benda dinyatakan dalam konstanta k. Untuk materi penyusun yang
sama, besar pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan panjang benda
mula-mula (Lo) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A).
Kalau dirimu bingung dengan panjang mula-mula atau luas penampang,
coba amati gambar di bawah ini terlebih dahulu.
Gambar 2.5 : Panjang mula-mula dan luas
penampang
(11)
F.
SUSUNAN PEGAS
Konstanta pegas dapat berubah nilainya, apabila
pegas-pegas tersebut
disusun menjadi rangkaian. Hal ini diperlukan,
jika Anda ingin mendapatkan suatu nilai konstanta pegas untuk tujuan praktis
tertentu, misalnya dalam merancang pegas yang digunakan sebagai shockbreaker.
Besar konstanta total rangkaian pegas bergantung pada jenis rangkaian pegas,
yaitu rangkaian pegas seri atau rangkaian pegas paralel.
1.
Susunan
Pegas Paralel
Karena pegas disusun paralel, maka gaya F terbagi
rata pada kedua pegas tersebut sebesar F . Konstanta gaya pegas Kp pengganti
yaitu.
Kp
= k1 + k2 + k3 + ... + kn (12)
- Susunan Pegas Seri
Bila dua
buah pegas disusun seri, maka gaya yang bekerja pada masing-masing pegas sama dengan gaya luar F, sedangkan
perpanjangan total sama dengan jumlah perpanjangan pegas pertama dan kedua.
Jadi, F1 – F2 = F dan x = x1 + x2.
Ternyata susunan dari dua buah pegas tunggal yang memiliki konstanta gaya ks,dimana
= + .Secara umum
untuk n buah pegas yang memiliki konstanta gaya disusun seri pegas pengganti.
Ks memenuhi hubungan
= + + + ... + (13)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A.
Alat
dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Alat
a. Pegas
Spiral 1
buah
b. Mistar 1
buah
c. Statif
+ Klem 1
set
2. Bahan
a. Beban
50 gram 1 buah
b. Beban
20 gram 2 buah
c. Beban
10 gram 5 buah
B.
Prosedur
Kerja
Adapun
prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Menggantung
pegas statif
b. Mengukur
panjang mula- mula pegas sebelum dibebani
c. Memberikan
pegas beban sebesar 10 gram
d.
Mengukur kembali panjang pegas ketika telah diberi beban
e. Mengulangi langkah a sampai d sebanyak 9
kali dengan cara menambah beban gantung secara berturut- turut 20 gram, 30
gram, 40 gram, 50 gram, 60 gram, 70 gram, 80 gram, dan 90 gram.
f.
Mencatat pengamatan pada tabel pengamatan
C. Tabel Pengamatan
Tabel 3.1 = Hubungan antara pegas
dan pertambahan panjang pegas
Panjang
mula (Lo) = .... cm g
= .... cm/s2
No
|
Massa Beban
(gram)
|
L akhir
(cm)
|
∆L (cm)
|
F= m.g
(gr. Cm/s2)
|
1
|
......
|
......
|
.....
|
......
|
2
|
......
|
......
|
.....
|
......
|
3
|
......
|
......
|
......
|
.......
|
4
|
.......
|
......
|
......
|
.......
|
5
|
......
|
......
|
......
|
......
|
6
|
......
|
......
|
......
|
......
|
7
|
......
|
......
|
......
|
.......
|
8
|
......
|
......
|
.......
|
.......
|
9
|
.......
|
......
|
.......
|
.......
|
10
|
.......
|
.......
|
.......
|
......
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
pengamatan
Tabel 4.1 : hubungan
antara pegas dengan pertambahan panjang pegas
NST mistar = 0,1 cm
Panjang mula-mula (Lo)
= 14,50 cm
g = 980 cm/s2
NO
|
Massa beban
(Gram)
|
L akhir
(cm)
|
∆L
(cm)
|
F= m.g
(gram.cm/s2)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
|
14,80
15,00
16,50
20,50
23,50
27,50
32,50
36,00
39,80
44,50
|
0,30
0,50
2,00
6,00
9,00
13,00
18,00
21,50
25,30
30,00
|
9.800
19.600
29.400
39.200
49.000
58.800
68.600
78.400
88.200
98.000
|
B.
Analisis
data
Adapun
analisis data dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
Hubungan antara gaya
pegas (F) dengan pertambahan panjang pegas
1.
Menghitung
konstanta pegas
F = k . Δx
K = F/Δx
ü K1
= F1/Δx1
= 9.800/0,30
= 32.666,60 dyne/cm
ü K2
= F2/Δx2
= 19.600/0,50
= 39.200 dyne/cm
ü K3
= F3/Δx3
= 29.400/2,00
=14.700 dyne/cm
ü K4
= F4/Δx4
= 39.200/6,00
= 6533,30dyne/cm
ü K5
= F5/Δx5
= 49.000/9,00
= 5.444,40dyne/cm
ü K6
= F6/Δx6
= 58.800/13,00
= 4.523,07dyne/cm
ü K7
= F7/Δx7
= 68.600/18,00
= 3.811,10dyne/cm
ü K8
= F8/Δx8
= 78.400/21,50
= 3.646,51dyne/cm
ü K9
= F9/Δx9
= 88.200/25,30
= 3.486,10dyne/cm
ü K10
= F10/Δx10
= 98.000/30,00
= 3.266,60dyne/cm
ü K
rata-rata = k1 + k2 + k3 + k4 + k5 + k6 + k7 + k8 + k9+ k10
N
=
32.666,60+39.200+14.700+ 6.533,30 + 5.444,40 + 4.523,07 + 3.811,10 +
3.646,51 + 3.486,10 +3.266,60
10
= 117.277,68
10
= 11.727,768 dyne/cm
2.
Rambat
ralat
NST mistar = 0,1 cm
NST neraca ohauss =
0,01 gram
F = k . Δx
Karena F = m . g ,
dimana g = konstan
Sehingga : F = m
Jadi, m =
k . Δx
k = m
Δx
= m . Δx-1
Δk = │Әk Δm│+│Әk ΔΔx│
Әm
ӘΔx
Δk = │Ә(m Δx-1) Δm│+│Ә(m
Δx-1) ΔΔx│
Әm ӘΔx
Δk = │ Δx-1 Δm│+│m Δx-2
ΔΔx│
Δk = │Δx-1 Δm│+│m Δx-2 ΔΔx│
K
m . Δx-1 m . Δx-1
Δk = │ Δm│+│ΔΔx│
K m
Δx
Δk = {│Δm│+│ΔΔx│}k
m
Δx
dimana,
ΔΔx = ½ NST mistar
= ½ 0,1 cm
= 0,05 cm
Δm =
½ NST neraca
= ½ x 0,01 gram
= 0,005 gram
a. Δk1 =
{│Δm│+│ΔΔx│}k1
m Δx
= {│0,005│+│0,05│}(32.666,60)
10 0,30
= {│0,0005│+│0,166│}(32.666,60)
= {│0,1665│}(32.666,60)
= 5.438,900 dyne/cm
b. Δk2 =
{│Δm│+│ΔΔx│}k2
m Δx
= {│0,005│+│0,05│}(39.200)
20
0,50
= {│0,00025│+│0,100│}(39.200)
= {│0,10025│}(39.200)
= 3.929,800 dyne/cm
c. Δk3 =
{│Δm│+│ΔΔx│}k3
m Δx
= {│0,005│+│0,05│}(14.700)
30 2,00
= {│0,00016│+│0,025│}(14.700)
= {│0,02516│}(14.700)
= 369,852 dyne/cm
d. Δk4 =
{│Δm│+│ΔΔx│}k4
m Δx
= {│0,005│+│0,05│}(6.533,30)
40
6,00
= {│0,000125│+│0,0083│}(6.533,30)
= {│0,008425│}(6.533,30)
= 55,040 dyne/cm
e. Δk5 =
{│Δm│+│ΔΔx│}k5
m
Δx
= {│0,005│+│0,05│}(5.444,40)
50 9,00
= {│0,0001│+│0,0055│}(5.444,40)
= {│0,0056│}(5.444,40)
= 30,480 dyne/cm
f. Δk6 =
{│Δm│+│ΔΔx│}k6
m Δx
= {│0,005│+│0,05│}(4.523,07)
60 13,00
= {│0,000083│+│0,0038│}(4.523,07)
= {│0,003883│}(4.523,07)
= 17,560 dyne/cm
g. Δk7 = {│Δm│+│ΔΔx│}k7
m
Δx
= {│0,005│+│0,05│}(3.811,10)
70 18,00
= {│0,0005│+│0,166│}(3.811,10)
= {│0,1665│}(3.811,10)
= 5.438,900 dyne/cm
h. Δk8 =
{│Δm│+│ΔΔx│}k8
m Δx
= {│0,005│+│0,05│}(3.646,51)
80 21,50
= {│0,0000625│+│0,0023│}(3.646,51)
= {│0,0023625│}(3.646,51)
= 8,610 dyne/cm
i. Δk9 =
{│Δm│+│ΔΔx│}k9
m Δx
= {│0,005│+│0,05│}(3.486,10)
90 25,30
= {│0,000055│+│0,00197│}(3.486,10)
= {│0,002025│}(3.486,10)
= 7,050 dyne/cm
j. Δk10 =
{│Δm│+│ΔΔx│}k10
m Δx
= {│0,005│+│0,05│}(3.266,60)
100 30,00
= {│0,00005│+│0,0016│}(3.266,60)
= {│0,00165│}(3.266,60)
= 5,390 dyne/cm
3.
Kesalahan
Relatif (KR)
a.
KR1 = Δk1x 100%
k1
=
5.438,900 x 100 %
32.666,60
=
16,65 %
b.
KR2 = Δk2x 100%
k2
=
3.929,800 x 100 %
59.200
=
10,02 %
c.
KR3 =
Δk3x 100%
k3
= 369,852 x 100 %
14.700
=
2,51 %
d.
KR4 =
Δk4x 100%
k4
=
55,040 x 100 %
6.533,30
=
0,84 %
e.
KR5 = Δk5x 100%
k5
=
30,480 x 100 %
5.444,40
=
0,56 %
f.
KR6 =
Δk6x 100%
k6
=
17,560 x 100 %
4.523,07
=
0,39 %
g.
KR7 = Δk7x 100 %
k7
=
10,650 x 100 %
3.811,10
=
0,28 %
h.
KR8 =
Δk8x 100 %
k8
=
8,610 x 100 %
3.646,51
=
0,24 %
i.
KR9 =
Δk9x 100 %
k9
= 7,050 x 100 %
3.486,10
=
0,20 %
j.
KR10 = Δk10x 100%
k10
=
5,390 x 100 %
3.266,60
= 0,16 %
4.
Derajat
kepercayaan (DK)
a.
DK1 =
100 % - KR1
= 100 % - 16,65 %
= 83,35 %
b.
DK1 =
100 % - KR2
= 100 % - 10,02 %
= 89,98 %
c.
DK3 =
100 % - KR3
= 100 % - 2,51 %
= 97,49 %
d.
DK4 =
100 % - KR4
= 100 % - 0,84 %
= 99,16 %
e.
DK5 =
100 % - KR5
= 100 % - 0,56 %
= 99,44 %
f.
DK6 =
100 % - KR6
= 100 % - 0,39 %
= 99,61 %
g.
DK7 =
100 % - KR7
= 100 % - 0,28 %
= 99,72 %
h.
DK8 =
100 % - KR8
= 100 % - 0,24 %
= 99,76 %
i.
DK9 =
100 % - KR9
= 100 % - 0,20 %
= 99,80 %
j.
DK10 = 100 % - KR10
= 100 % - 0,16 %
= 99,84 %
5.
Pelaporan
Fisika (PF)
a.
PF1 =
│k1 ± Δk1 │satuan
= │32.666,60 ±
5.438,900│dyne/cm
b.
PF2 =
│k2 ± Δk2│satuan
= │39.200 ±
3.929,800│dyne/cm
c.
PF3 =
│k3 ± Δk3│satuan
= │14.700 ± 369,852│dyne/cm
d.
PF4 =
│k4 ± Δk4│satuan
= │6.533,30 ± 55,040│dyne/cm
e.
PF5 =
│k5 ± Δk5│satuan
= │5.444,40 ± 30,480│dyne/cm
f.
PF6 =
│k6 ± Δk6│satuan
= │4.523,07 ± 17,560│dyne/cm
g.
PF7 =
│k7 ± Δk7│satuan
= │3.811,10 ± 10,560│dyne/cm
h.
PF8 =
│k8 ± Δk8│satuan
= │3.646,51 ± 8,610│dyne/cm
i.
PF9 =
│k9 ± Δk9│satuan
= │3.486,10 ± 7,050│dyne/cm
j.
PF10 =
│k10 ± Δk10│satuan
= │3.266,60 ± 5,390│dyne/cm
6. grafik
hubungan antara gaya pegas dengan pertambahan panjang pegas
Tan α = F3 – F2
ΔL3 –ΔL2
= 29.400
– 19.600
2,00 - 0,50
= 9.800
1,50
Tan α
= 6.533,30
α =
arc tan 6.533,30
= 89,90o
C. Pembahasan
Pada
pembahasan ini dibahas mengenai hubungan antara gaya pegas dengan pertambahan
panjang. Pada mulanya dilakukan pengukuran panjang mula-mula pada pegas sendiri
yaitu sebesar 14,50 cm dengan NST mistar 0,1 cm dan percepatan gravitasi
sebesar 980 cm/s2. Kemudian dengan massa yang berbeda-beda yaitu 10
gram, 20 gram, 30 gram,
40 gram, 50 gram, 60 gram,
70 gram, 80 gram, 90 gram,
dan 100 gram. Sehingga menimbulkan sebanyak sepuluh kali panjang pegas
yaitu 14,80 cm, 15,00 cm, 16,00 cm, 20,50 cm, 23,50 cm, 27,50 cm, 32,50 cm,
36,00 cm, 39,80 cm, dan 44,50 cm. Perubahan panjang tali sebesar ∆L1
= 0,30 cm, ∆L2 = 0,50 cm, ∆L3 = 2,00 cm, ∆L4 =
6,00 cm, ∆L5 = 9,00 cm,
∆L6 = 13,00 cm, ∆L7 = 18,00 cm, ∆L8
= 21,50 cm, ∆L9
= 25,30 cm, ∆L10 = 30,00 cm.
Dengan persamaan F = m g maka besarnya pegas yang diberikan pada pegas sampai
sepuluh kali adalah F1 = 9800 gr cm/s2, F2= 19.600 gr cm/s2 ,
F3 = 29.400 gr cm/s2, F4 = 39.200 gr cm/s2,
F5= 49.000 gr cm/s2, F6 = 58.800
gr cm/s2 F7 = 68.600 gr cm/s2, F8 = 78.400 gr cm/s2,
F9 = 88.200 gr cm/s2, dan F10 = 98.000 gr cm/s2.
Oleh
karena gaya dan pertambahan panjang sudah diketahui lewat pengukuran ,
maka penentuan beberapa konstanta tersebut dilakukan dengan membandingkan gaya
dengan penambahan panjang yaitu K1 = 32.666,67 dyne/cm, K2
= 39.200,00 dyne/cm, K3 = 14.700,00 dyne/cm, K4 =
6.533,33 dyne/cm, K5 = 5.444,44 dyne/cm, K6 = 4.461,54
dyne/cm, K7 = 3.811,11 dyne/cm, K8 = 3.646,51 dyne/cm, K9
= 3.486,16 dyne/cm, dan K10 = 3.266,67 dyne/cm. Dan juga
konstanta rata-rata sebesar 8.781,643 dyne/cm.
Untuk
membuktikan apa benar atau seberapa besar derajat kepercayaannya, pada
percobaan ini dilakukan perhitungan rmbat ralat maka didapatkan untuk ∆K1 =
5.461,87 dyne/cm, ∆K1 =
5.461,87 dyne/cm, ∆K2 = 3.929,80 dyne/cm, ∆K3 = 3.69,99
dyne/cm, ∆K4 = 55,04 dyne/cm, ∆K5 = 31,03 dyne/cm, ∆K6
= 17,32 dyne/cm, ∆K7 = 10,56 dyne/cm, ∆K8 = 8,61
dyne/cm, ∆K9 = 7,09 dyne/cm, dan ∆K10 = 5,62 dyne/cm.
Dengan kesalahan relatif (KR) adalah KR1 = 16,72 %, KR2 =
10,025 %, KR3 = 2,52 %, KR4 = 0,84 %, KR5 =
0,57 %, KR6 = 0,39 %, KR7 = 0,28 %, KR8 = 0,24
%, KR9 = 0,20 %, dan KR10
= 0,17 %. Sehingga diperoleh derajat kepercayaan (DK) adalah DK1
= 83,28 %, DK2 = 89,975 %, DK3 = 97,48 %, DK4
= 99,16 %, DK5 = 99,43 %, DK6 = 99,61 %, DK7 =
99,72 %, DK8 = 99,76 %, DK9 = 99,80 %, dan DK10 = 99,83 %. Dan pelaporan
fisika (PF) adalah PF1 = |3.266,67 ± 5.461,87| dyne/cm, PF2 = |39.200,00 ± 3.29,80|
dyne/cm, PF3 = |4.700,00 ± 3.69,99| dyne/cm, PF4 =
|6.533,33 ± 55,04| dyne/cm, PF5 =|5.444,44 ± 31,03| dyne/cm, PF6
= |4.461,54 ± 17,32| dyne/cm, PF7 = |3.811,11 ± 10,56| dyne/cm, PF8
= |3.464,51 ± 8,61| dyne/cm, PF9 = |3.486,16 ± 7,09| dyne/cm, dan PF10
= |3.266,67 ± 5,62| dyne/cm.
Dari
data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa percobaan yang kami lakukan berhasil
karena derajat kepercayaan yang kami peroleh semakin bertambah, dan percobaan
ini sesuai dengan teori bahwa hubungan gaya yang bekerja pada pegas berbanding
lurus dengan pertambahan panjangnya, artinya semakin besar gaya yang bekerja
pada pegas maka semakin besar pula pertambahan panjangnya begitupun sebaliknya.
Hal ini juga dapat dibuktikan dengan melihat grafik analisis data sebelumnya.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari
percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.
Kaitan antara konsep gaya pegas dengan
sifat elastisitas bahan yakni konsep gaya pegas sama dengan sifat elastisitas
bahan.
2.
Semakin besar gaya suatu pegas maka akan
semakin besar penambahan panjang yang didapatkan karena keduanya ber4banding
lurus.
3.
Getaran pegas terjadi secara harmonik
artinya getaran pegas terjadi secara bolak- balik yakni tegangan dan rapatan
secara bolak- balik hingga mencapai kondisi seimbang.
4.
Konstanta pegas dapat ditentukan melalui
hukum Hooke yakni dengan membandingkan gaya yang bekerja dengan penambahan
panjang.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami haturkan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut :
a.
Praktikan hendaknya menguasai prosedur
kerja dan mengetahui fungsi alat dan bahan.
b.
Praktikan hendaknya tegak lurus dengan
alat ketika membaca penunjukan skala
mistar agar tidak terjadi kesalahan paralaks.
c.
Sebaiknya praktikan mengetahui NST setiap alat agar percobaannya
dapat berhasil.
d.
Praktikan hendaknya teliti dan berhati-
hati dalam mengambil data.
DAFTAR
PUSTAKA
Foster, Bob.
2000. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Giancoli,
Danglas C. 1998. Physics Firsth Education. Jakarta :
Erlangga.
Said
L, Muhammad. 2010. Penuntun Praktikum Fisika Dasar I.
Makassar : UIN
Alauddin
Press.
Sumarsono,
Joko. 2009. Fisika Untuk SMA / MA Kelas X. Jakarta
: Pusat
Perbukuan.
Tipler, Paul A.
1998. Fisika Untuk Sains dan Tehknik.
Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar