STOIKIOMITRI
Istilah STOIKIOMETRI berasal dari kata-kata Yunani yaitu Stoicheion (partikel) dan Metron (pengukuran). STOIKIOMFTRI akhirnya mengacu kepada cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran Kimia.
Definisi Stokiometri
Dalam ilmu kimia, stoikiometri (kadang
disebut stoikiometri reaksi untuk membedakannya dari stoikiometri
komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan
kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia). Kata ini
berasal dari bahasa Yunani stoikheion
(elemen) dan metriā (ukuran).
Massa Atom dan Massa Molekul Relatif
Atom adalah partikel yang sangat kecil sehingga massa atom juga terlalu
kecil bila dinyatakan dengan satuan gram. Karena itu, para ahli kimia
menciptakan cara untuk mengukur massa suatu atom, yaitu dengan massa atom
relatif. Massa atom relatif (Ar) adalah perbandingan massa
rata-rata suatu atom dengan satu per dua belas kali massa satu atom karbon-12.
Unit terkecil suatu zat dapat juga berupa molekul. Molekul disusun oleh dua
atau lebih atom-atom yang disatukan oleh ikatan kimia. Massa molekul relatif (Mr)
adalah perbandingan massa rata-rata suatu molekul dengan satu per dua belas
kali massa satu atom karbon-12.
Ar Y = massa rata-rata 1 molekul Y /
(1/12 x massa 1 atom C-12)
Dalam rumus di atas digunakan massa atom dan massa molekul rata-rata.
Kenapa menggunakan massa atom rata-rata? Karena unsur di alam mempunyai
beberapa isotop. Sebagai contoh, karbon di alam mempunyai 2 buah isotop
yang stabil yaitu C-12 (98,93%) dan C-13 (1,07%). Jika kelimpahan dan massa
masing-masing isotop diketahui, massa atom relatif suatu unsur dapat dihitung
dengan rumus:
Ar X = {(% isotop 1 x massa isotop
1) + (% isotop 2 x massa isotop 2) + …}/100
Jika diketahui massa atom relatif masing-masing unsur penyusun suatu
molekul, massa molekul relatifnya sama dengan jumlah massa atom relatif dari
seluruh atom penyusun molekul tersebut. Molekul yang mempunyai rumus AmBn
berarti dalam 1 molekul tersbut terdapat m atom A dan n atom B.
Dengan demikian massa molekul relatif AmBn dapat dihitung
seperti berikut.
Mr AmBn = m x Ar A + n x Ar B
Massa
Atom Relatif (Ar)
Massa Atom relatif adalah perbandingan relatif massa
atom unsur tertentu terhadap massa atom unsur lainnya. Satuan Massa Atom
disingkat sma.
1
sma = x massa atom C-12
Jika massa atom Karbon (C) adalah 12,01115 » 12 maka
perhitungan massa atom relatif dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Karena massa atom C-12 sama dengan 1 sma, maka
Yang berarti :
Ar X = massa rata-rata 1 atom
unsur X » Ar X = pembulatan massa rata-rata 1 atom unsur X
Contoh :
Diketahui
massa atom unsur Al adalah 26,98115 tentukan massa atom relatif (Ar) unsur
tersebut :
Jawab :
»
26,98115 dibulatkan menjadi 27
2. Massa
Molekul Relatif (Mr)
Massa Molekul Relatif adalah perbandingan massa 1
molekul unsur atau senyawa terhadap massa atom C-12 dan dirumuskan sebagai
berikut :
atau
Mr = jumlah total Ar
unsur-unsur penyusun senyawa
Atau
Mr
= S Jumlah Atom. Ar.b
Jumlah Atom adalah hasil perkalian antara indeks
dan koefisien. Indeks menyatakan jumlah atom masing-masing unsur yang
ada didepannya. Jika terdapat indeks ganda (indeks didalam kurung dan
indeks diluar kurung), maka terlebih dahulu dilakukan perkalian antar
indeks untuk mendapatkan indeks yang akan dikalikan dengan koefisien nantinya.
Koefisien menyatakan jumlah keseluruhan atom unsur
yang ada dibelakangnnya. Jika indeks dan koefisien tidak tertulis maka indeks
dan koefisiennya adalah 1.
aXb
|
Penulisan indeks dan koefisien dilambangkan sebagai
berikut
dimana,
a = koefisien
b =
indeks
X = lambang
unsur
- KONSEP MOL
Untuk
menyatakan jumlah penyusun suatu zat, dipergunakan suatu satuan jumlah zat
yaitu : mol. Satu mol zat ialah sejumlah zat yang mengandung 6.0225.1023
butir partikel (sejumlah bilangan Avogadro). Jadi bilangan Avogadro merupakan
“faktor penghubungA” antara jumlah mol zat dengan jumlah partikel yang
dikandung zat
Jumlah partikel
Jumlah
partikel
Jumlah mol = ———————————— = ———————————
Jumlah mol = ———————————— = ———————————
Bilangan Avogadro
6,0025.1023
Massa 1 mol suatu
zat = massa molekul dalam satuan gram
= Mr x 1 gram
Massa dari 1
mol atom disebut massa molar, misalnya 1 mol atom klor mempunyai massa molar ;
35,435 g C1/mol Cl.
Hubungan mol
dengan tetapan Avogadro, Kuantitas atom, molekul dan ion dalam suatu zat
dinyatakan dalam satuan mol. Misalnya, untuk mendapatkan 18 gram air maka 2
gram gas hidrogen direaksikan dengan
16 gram gas
oksigen. 2H2O + O2 → 2H2O
Dalam 18
gram air terdapat 6,023x1023 molekul air, karena jumlah partikel ini
sangat besar maka tidak praktis untuk memakai angka dalam jumlah yang besar.
Sehingga iistilah mol diperkenalkan untuk menyatakan kuantitas ini. Satu mol
adalah jumlah zat yang mangandung partikel (atom, molekul, ion) sebanyak atom
yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan nomor massa 12 (karbon-12, C-12).
Jumlah atom
yang terdapat dalam 12 gram karbon-12 sebanyak 6,02x1023 atom
C-12. tetapan ini disebut tetapan Avogadro.
Tetapan Avogadro (L) = 6,02x1023 partikel/mol
Lambang L menyatakan huruf
pertama dari Loschmidt, seorang ilmuwan austria yang pada tahun 1865 dapat
menentukan besarnya tetapan Avogadro dengan tepat. Sehingga,
1 mol
emas = 6,02x1023 atom emas
1 mol
air = 6,02x1023 atom air
1 mol
gula = 6,02x1023 molekul gula
1 mol zat
X = L buah partikel zat X
Hubungan mol
dengan jumlah partikel
Telah
diketahui bahwa 1mol zat X = l buah partikel zat X, maka
2 mol zat X = 2 x L
partikel zat X
5 mol zat X = 5 x L
partikel zat X
n mol zat X = n x L
partikel zat X
Jumlah
partikel = n x L
- BILANGAN AVOGADRO
Pengukuran
STOIKIOMETRI merupakan pengukuran kuantitatif sehingga perlu ditetapkan suatu
hubungan yang dapat mencakup jumlah relatif atom-atom, ion-ion atau
molekul-molekul suatu zat.
Penghitungan
massa atom dapat dilakukan dengan cara membandingkan massa sejumlah besar atom
dari suatu unsur dengan sejumlah atom yang sama dari massa atom baku yaitu
karbon (C). Pada massa sejumlah 12.000 gram dari (C) muni terdapat sebanyak 6,0225.1023
atom. Jumlah atom ini disebut 'Bilangan Avogadro'
dengan simbol yang lazim NA.
Massa 1 mol atom
12C = NA x massa 1 atom 12C
12 gram/mol = NA x 12 U
dengan
: u : satuan massa atom =
: 1 u
= 1,66070 - 1O-27 kg :
: massa satu atom 12C
sehingga massa satu atom 12 C = 12 u
Hukum-Hukum Dasar Kimia
Dalam
tulisan ini, kita akan mempelajari tentang beberapa hukum dasar yang berlaku
dalam menyelesaiakan soal-soal perhitungan kimia. Selain itu, kita juga akan
membahas penerapan konsep mol, stoikiometri, dan hukum dasar kimia dalam
menentukan jumlah produk yang dihasilkan serta jumlah reaktan yang dibutuhkan
dalam reaksi kimia.
Pada tulisan
sebelumnya (lihat : Konsep Mol dan Hukum Dasar
Kimia), kita telah mempelajari aturan yang berlaku dalam penyelesaian soal
perhitungan kimia. Pada tulisan ini, kita akan mempelajari empat hukum dasar
yang berlaku dalam perhitungan kimia. Berikut adalah penjelasan masing-masing
hukum dasar kimia :
1. Hukum
Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Hukum Kekekalan MassaHukum kekekalan Massa dikemukakan oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) yang berbunyi: ”Dalam suatu reaksi, massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”, dengan kata lain massa tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Artinya selama reaksi terjadi tidak ada atom-atom pereaksi dan hasil reaksi yang hilang
Percobaan yang dilakukan oleh Lavoisier.
Lavoisier mereaksikan cairan merkuri dengan gas oksigen dalam suatu wadah di ruang tertutup sehingga menghasilkan merkuri oksida yang berwarna merah. Apabila merkuri oksida dipanaskan kembali, senyawa tersebut akan terurai menghasilkan sejumlah cairan merkuri dan gas oksigen dengan jumlah yang sama seperti semula.
Dengan bukti dari percobaan ini Lavoisier merumuskan suatu hukum dasar kimia yaitu Hukum Kekekalan Massa yang menyatakan bahwa jumlah massa zat sebelum dan sesudah rekasi adalah sama.
Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk.
Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang seperti kimia, teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida.
Hukum kekekalan massa dapat terlihat pada reaksi pembentukan hidrogen dan oksigen dari air. Bila hidrogen dan oksigen dibentuk dari 36 g air, maka bila reaksi berlangsung hingga seluruh air habis, akan diperoleh massa campuran produk hidrogen dan oksigen sebesar 36 g. Bila reaksi masih menyisakan air, maka massa campuran hidrogen, oksigen dan air yang tidak bereaksi tetap sebesar 36 g.
Begitu juga kalau kita membakar kayu misalnya kayu korek api. Berlaku juga hukum kekekalan massa. Memang setelah kayu terbakar akan menjadi abu. Namun yang perlu anda ketahui adalah bahwa selain abu, pada pembakaran kayu juga dihasilkan oksida karbon, asap dan uap air. Oksida carbon dan uap air tidak tampak oleh mata karena bermujud gas. Jika ditimbang ulang :
mk massa kayu + masa oksigen = masa abu + massa oksida karbon + massa uap air + massa asap.
Kalau hukum kekekalan massa memang benar, maka massa dari materi yang ada didunia ini berarti tidak pernah berubah.Kalau begitu, maka ketika mahluk hidup, hewan, tumbuhan dan manusia, setiap kali tumbuh menjadi semakin besar, berarti ada penambahan massa yang diambilkan dari massa materi yang lain. Begitu juga setiap bayi yang lahir, berarti ada energi dan massa di alam semesta ini yang beralih ke dalam diri bayi.
Kalau kita makan, maka ada beberapa massa dari air dan makanan yang makan akan menjadi daging pada tubuh kita. Kalau manusia bertambah banyak, sesungguhnya tidak ada perubahan massa di alam semesta ini, karena jumlah massa tentu juga sama sebagaimana jumlah energi di alam semesti ini, berarti selalu sama.
“massa zat sebelum reaksi sama
dengan massa zat setelah reaksi”
Contoh :
S(s) +
O2(g) → SO2(g)
1 mol S
bereaksi dengan 1 mol O2 membentuk 1 mol SO2. 32 gram S
bereaksi dengan 32 gram O2 membentuk 64 gram SO2. Massa
total reaktan sama dengan massa produk yang dihasilkan.
H2(g) +
½ O2(g) → H2O(l)
1 mol H2
bereaksi dengan ½ mol O2 membentuk 1 mol H2O. 2
gram H2 bereaksi dengan 16 gram O2 membentuk 18 gram H2O.
Massa total reaktan sama dengan massa produk yang terbentuk.
2. Hukum
Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
“perbandingan massa unsur-unsur pembentuk senyawa selalu tetap, sekali pun
dibuat dengan cara yang berbeda”
Contoh :
S(s) +
O2(g) → SO2(g)
Perbandingan
massa S terhadap massa O2 untuk membentuk SO2 adalah 32
gram S berbanding 32 gram O2 atau 1 : 1. Hal ini berarti, setiap
satu gram S tepat bereaksi dengan satu gram O2 membentuk 2 gram SO2.
Jika disediakan 50 gram S, dibutuhkan 50 gram O2 untuk membentuk 100
gram SO2.
H2(g) +
½ O2(g) → H2O(l)
Perbandingan
massa H2 terhadap massa O2 untuk membentuk H2O
adalah 2 gram H2 berbanding 16 gram gram O2 atau 1 : 8.
Hal ini berarti, setiap satu gram H2 tepat bereaksi dengan 8 gram O2
membentuk 9 gram H2O. Jika disediakan 24 gram O2,
dibutuhkan 3 gram H2 untuk membentuk 27 gram H2O. HUKUM PERBANDINGAN TETAP = HUKUM PROUST
"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap"
Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2 : 3
Keuntungan dari hukum Proust:
bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk senyawa tersebut make massa unsur lainnya dapat diketahui.
Contoh:
Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)
Massa C = (Ar C / Mr CaCO3) x massa CaCO3
= 12/100 x 50 gram = 6 gram
massa C
Kadar C = massa C / massa CaCO3 x 100%
= 6/50 x 100 % = 12%
"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap"
Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2 : 3
Keuntungan dari hukum Proust:
bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk senyawa tersebut make massa unsur lainnya dapat diketahui.
Contoh:
Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)
Massa C = (Ar C / Mr CaCO3) x massa CaCO3
= 12/100 x 50 gram = 6 gram
massa C
Kadar C = massa C / massa CaCO3 x 100%
= 6/50 x 100 % = 12%
3. Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay Lussac)
Hukum Perbandingan Volume (Gay Lusssac)
Pada awalnya
para ilmuwan menemukan bahwa, gas Hidrogen dapat bereaksi dengan gas Oksigen
membentuk air. Perbandingan volume gas Hidrogen dan Oksigen dalam reaksi
tersebut adalah tetap, yakni 2 : 1.
Kemudian Joseph Gay Lussac seorang ahli kimia Prancis, tahun 1808
melakukan percobaan tentang volume gas-gas dalam reaksi Kimia. Berdasarkan
hasil percobaannya, Gay Lussac memberikan kesimpulan sebagai berikut : “ Volume
gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai
bilangan bulat yang sederhana bila diukur pada suhu dan tekanan yang sama “
Dikenal dengan Hukum Perbandingan/ Penggabungan Volume atau Hukum Gay Lussac
(1808)
Berikut adalah contoh dari percobaan yang dilakukan
Menurut Gay Lussac 2 volume gas Hidrogen bereaksi
dengan 1 volume gas Oksigen membentuk 2 volume uap air. Pada reaksi pembentukan
uap air, agar reaksi sempurna, untuk setiap 2 volume gas Hidrogen diperlukan 1
volume gas Oksigen, menghasilkan 2 volume uap air.
“ Semua gas yang direaksikan
dengan hasil reaksi, diukur pada suhu dan rekanan yang sama atau (T.P) sama.”
|
Untuk lebih memahami Hukum perbandingan volume, Anda
perhatikan, data hasil percobaan berkenaan dengan volume gas yang bereaksi pada
suhu dan tekanan yang sama.
Data hasil percobaan adalah sebagai berikut :
Data hasil percobaan adalah sebagai berikut :
Berdasarkan data percobaan pada
tabel di atas, perbandingan volume gas yang bereaksi dan hasil reaksi, ternyata
berbanding sebagai bilangan bulat. Data percobaan tersebut sesuai dengan Hukum
perbandingan volume atau dikenal dengan Hukum Gay Lussac bahwa :
“ Pada suhu dan tekanan yang
sama perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan hasil reaksi berbanding
sebagai bilangan bulat “
|
P adalah tekanan gas.
T adalah temperatur gas (dalam Kelvin).
k adalah sebuah konstanta.
Hukum ini dapat dibuktikan melalui teori
kinetik gas, karena temperatur adalah ukuran rata-rata energi kinetik, dimana jika energi kinetik gas
meningkat, maka partikel-partikel gas akan bertumbukan dengan dinding/wadah
lebih cepat, sehingga meningkatkan tekanan.Hukum Gay-Lussac dapat dituliskan sebagai perbandingan dua gas
Hanya
berlaku pada reaksi kimia yang melibatkan fasa gas
“pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas pereaksi dengan
volume gas hasil reaksi merupakan bilangan bulat dan sederhana (sama dengan
perbandingan koefisien reaksinya)”
Contoh :
N2(g) +
3 H2(g) → 2 NH3(g)
Perbandingan
volume gas sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti,
setiap 1 mL gas N2 tepat bereaksi dengan 3 mL gas H2
membentuk 2 mL gas NH3. Dengan demikian, untuk memperoleh 50 L gas
NH3, dibutuhkan 25 L gas N2 dan 75 L gas H2.
CO(g) +
H2O(g) → CO2(g) + H2(g)
Perbandingan
volume gas sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti,
setiap 1 mL gas CO tepat bereaksi dengan 1 mL gas H2O membentuk 1 mL
gas CO2 dan 1 mL gas H2. Dengan demikian, sebanyak 4 L
gas CO membutuhkan 4 L gas H2O untuk membentuk 4 L gas CO2
dan 4 L gas H2.
4. Hukum
Avogadro
Hanya
berlaku pada reaksi kimia yang melibatkan fasa gas
“pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung
jumlah mol yang sama”
Hukum
Avogadro berkaitan erat dengan Hukum Gay Lussac
Contoh :
N2(g) +
3 H2(g) → 2 NH3(g)
Perbandingan
mol sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti, setiap 1 mol
gas N2 tepat bereaksi dengan 3 mol gas H2 membentuk 2 mol
gas NH3. Perbandingan volume gas sama dengan perbandingan koefisien
reaksinya. Hal ini berarti, setiap 1 L gas N2 tepat bereaksi dengan
3 L gas H2 membentuk 2 L gas NH3. Dengan demikian, jika
pada suhu dan tekanan tertentu, 1 mol gas setara dengan 1 L gas, maka 2 mol gas
setara dengan 2 L gas. Dengan kata lain, perbandingan mol gas sama dengan
perbandingan volume gas.
Hukum-Hukum
Dasar Ilmu Kimia
|
||||||||||||||||
< Sebelum
|
||||||||||||||||
STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan
kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.
|
- MASSA ATOM dan MASSA MOLEKUL
1. Massa Atom
Nilai massa
atom relatif diperoleh dengan membandingkan massa suatu atom dengan massa atom
yang lain. Sebagai pembanding (patokan) ditetapkan sebesar dari massa satu atom C-12. Jadi massa
atom relatif (simbol : Ar) dari suatu unsur.
massa 1 atom unsur X
Ar unsur X ————————————
massa atom C-12
2. Massa
Molekul
Nilai massa
molekul (simbol : Mr) merupakan perbandingan massa molekul zat dengan massa 1 atom C-12.
massa 1
molekul zat X
Mr zat X = ————————————
massa
1 atom C-12
Massa
molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atom-atom
penyusun molekul zat tersebut.
3. Massa molar
Telah
diketahui bahwa satu mol adalah jumlah zat yang mangandung partikel (atom, molekul,
ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan nomor massa 12
(karbon-12, C-12). Sehingga terlihat bahwa massa 1 mol C-12 adalah 12 gram.
Massa 1 mol zat disebut massa molar. Massa molar sama dengan massa molekul
relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar) suatu zat yang dinyatakan dalam gram.
Massa molar = Mr atau Ar suatu zat (gram)
4. Volume molar
Avogadro
mendapatkan hasil dari percobaannya bahwa pada
suhu 0°C (273 K) dan tekanan 1
atmosfir (76cmHg) didapatkan tepat 1 liter
oksigen dengan massa 1,3286 gram. Maka, Pengukuran dengan kondisi 0°C (273 K)
dan tekanan 1 atmosfir (76cmHg) disebut juga keadaan STP(Standard Temperature
and Pressure). Pada keadaan STP, 1 mol gas oksigen sama dengan 22,3 liter.
Avogadro yang menyata-kan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang
bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah molekul sama
maka jumlah molnya akan sma. Sehingga, pada suhu dan tekanan yang sama, apabila
jumlah mol gas sama maka volumenyapun akan sama. Keadaan standar pada
suhu dan tekanan yang sma (STP) maka volume
1 mol gas apasaja/sembarang berharga sama yaitu 22,3 liter. Volume
1 mol gas disebut sebagai volume molar gas (STP) yaitu 22,3
liter/mol.
5. Volume gas
tidak standar
a. Persamaan
gas ideal
Persamaan gas ideal dinyatakan
dengan:
PV=nRT
Keterangan:
P : tekanan gas (atm)
V : volume gas (liter)
N : jumlah mol gas
R : tetapan gas ideal
(0,082 liter atm/mol K)
T : temperatur mutlak
(Kelvin)
b. Gas pada
suhu dan tekanan sama
Avogadro
melalui percobaannya menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas
yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah
molekulnya sama maka jumlah molnya sama. Jadi pada suhu dan tekanan yang sama
perbandingan mol gas sama dengan perbandingan volume gas. Maka,
6. Molaritas
Larutan
merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah zat terlarut dalam
larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk menyatakan
konsentrasi dan umumnya digunakan adlah dengan molaritas (M). molaritas
merupakan ukuran banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Keterangan:
V = volume larutan
g = massa zat terlarut
Pengenceran dilakukan apabila
larutan terlalu pekat. Pengenceran dilakukan dengan penambahan air. Pengenceran
tidak merubah jumlah mol zat terlarut. Sehingga,
keterangan:
V1 = volume sebelum pengenceran
M1 = molaritas sebelum pengenceran
V2 = volume sesudah pengenceran
M2 = molaritas sesudah pengenceran
- REAKSI KIMIA DALAM LARUTAN
Beberapa
pereaksi dan hasil reaksi dapat berada dalani bentuk larutan. Larutan
(solurion) sesungguhnya ditentukan oleh komponen-komponennya.
yaitu
: - Pelarut (solvent) : merupakan substansi yang
melarutkan zat.
Komponen ini menentukan wujud
lamtan sebagai gas, padatan atau sebagai zat cair.
- Zar terlarut
(solute) : merupakan substansi yang terlarut dalam
solvent.
Misalnya bila tertulis : NaCl
(aqueous) maka artinya NaCl sebagai solute dan aqua atau H2O sebagai solvent.
- RUMUS MOLEKUL DAN RUMUS EMPIRIS
1. Rumus
Molekul
Suatu
rumus yang menyatakan tidak hanya jumlah relatif atom-atom dari setiap elemen
tetapi juga menunjukkan jumlah aktual atom setiap unsur penyusun dalam satu
molekul senyawa. Misalnya kita kenal benzena
mempunyai rumus molekul C6H6. artinya benzena tersusun
dari enam buah atom C dan enam buah atom H.
2. Rumus
Empiris
Rumus
empiris atau rumus sederhana menyatakan perbandingan mol unsur-unsur dalam
suatu senyawa. Untuk menentukan rumus empiris, diperlukan perbandingan mol
antar unsur-unsur penyusun. Rumus empiris diperoleh
dari pengukuran hasil percobaan persen susunan senyawa. Misalnya pada
senyawa benzena, dengan rumus molekul C6H6 mempunyai
rumus empiris (CH)n karena perbandingan mol antara C dan H adalah 6 : 6, atau
bila disederhanakan = 1 : 1. Artinya dari rumus empiris tersebut dapat
diperoleh senyawa lain dengan mengubah faktor n, misalnya = (CH)2 =
C2H2
2.2 HAL - HAL KOMPLEKS DALAM
STOIKIOMETRI
- Penentuan Pembatas Reaksi
Suatu reaksi
kimia sering kali berlangsung dalam keadaan zat-zat pereaksinya mempunyai
jumlah yang berlebih. Sebagian dari pereaksi yang berlebih tetap berada dalam
campuran sampai reaksi berakhir. Pereaksi yang habis bereaksi disebut pereaksi
pembatas, pereaksi ini keseluruhannya habis bereaksi.
- Hasil Teoritis, Hasil Nyata dan Persen Hasil
Jumlah hasil
reaksi yang dihitung dari sejumlah pereaksi yang ada dari awal reaksi dilakukan
disebut hasil teoritis suatu reaksi. Jumlah hasil yang secara nyata dihasilkan
dalam sebuah reaksi kimia disebut hasil nyata. Persen hasil merupakan
perbandingan hasil nyata dengan hasil teoritis. Ada reaksi yang hasilnya
hanipir sama dengan hasil teoritis dan reaksi tersebut dikatakan bereaksi
secara kuantitatif. Pada reaksi-reaksi senyawa organik, kebanyakan hasil reaksi
(hasil nyata) lebih kecil dibandingkan hasil teoritis. Hal ini karena reaksi
tidak berjalan sempuma, ada reaksi-reaksi saingan yang dapat mengurangi hasil
reaksi atau dapat juga terjadi kehilangan zat selama penanganan.
- Reaksi Serentak dan Berurutan
Beberapa
perhitungan dalam Stoikiometri memerlukan dua atau lebih persamaan reaksi,
setiap persamaan mempunyai sebuah faktor konversi. Reaksi-reaksi kimia juga
dapat terjadi pada saat yang bersamaan (serentak) dan ada pula reaksi yang
terjadi secara beurutan.
Rumus Empiris dan Rumus Molekul
Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masing-masing unsur yang terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat ditunjukkan dengan angka indeks.
Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan molekul.
“Rumus
empiris, rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari
unsur-unsur yang menyusun senyawa”
|
Rumus molekul, rumus yamg menyatakan jumlah atom-atom
dari unsur-unsur yang menyusun satu molekul senyawa.
Contoh : Anda perhatikan pada tabel berikut.
Tabel 06.9 Rumus molekul dan rumus empiris beberapa senyawa
Contoh : Anda perhatikan pada tabel berikut.
Tabel 06.9 Rumus molekul dan rumus empiris beberapa senyawa
Rumus Molekul = ( Rumu Empiris ) n
Mr Rumus Molekul = n x ( Mr Rumus Empiris ) |
...n = bilangan
bulat
Untuk menentukan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa, dapat ditempuh dengan langkah berikut :
Untuk menentukan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa, dapat ditempuh dengan langkah berikut :
1.
|
Cari massa (persentase) tiap unsur penyusun senyawa
|
|||
2.
|
Ubah ke satuan mol
|
|||
3.
|
Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris
|
|||
4.
|
Untuk mencari rumus molekul dengan cara :
( Rumus Empiris ) n = Mr n dapat dihitung |
|||
5.
|
Kemudian kalikan n yang diperoleh dari hitungan,
dengan rumus empiris.
|
|||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar